Atonia uteri
I.DEFINISI
Atonia uteri adalah kegagalan
serabut-serabut otot miometrium uterus untuk berkontraksi dan memendek. Hal ini
merupakan penyebab perdarahan postpartum yang paling penting dan biasa terjadi
segera setelah bayi lahir hingga 4 jam setelah persalinan. Atonia uteri dapat
menyebabkan perdarahan hebat dan dapat mengarah pada terjadinya syok
hipovolemik.
II.ETIOLOGI
Overdistensi uterus, baik absolut maupun
relatif, merupakan faktor resiko mayor terjadinya atonia uteri. Overdistensi uterus
dapat disebabkan oleh kehamilan ganda, janin makrosomia,polihidramion atau
abnormalitas janin (misal hidrosefalus berat), kelainan struktur uterus atau
kegagalan untuk melahirkan plasenta atau distensi akibat akumulasi darah
diuterus baiksebelum maupun sesudah plasenta lahir. Lemahnya kontraksi
miometrium merupakan akibat dari kelelahan karena persalinan dengan tenaga
besar terutama bila mendapatkan stimulasi.
Hal ini dapat pula terjadi sebagai
akibat dari inhibisi kontraksi yang disebabkan oleh obat-obatan, seperti agen
anestesi terhalogenesi, nitrat,obat-obat antiinflamasi nonsteroid, magnesium
sulfat, beta-simpatomimetrik dan nifedipin.
Penyebab lain yaitu plasenta letak
rendah, toksin bakteri (korioamnionitis, endomiometritis, septikemia), hipoksia
akibat hipoperfusi atau uterus couvelaire masif.
Data terbaru merupakan menyebutkan bahwa
grandemultipara bukan merupakan faktor resiko independen untuk terjadinya
perdarahan post partum.
III.PENATALAKSANAAN
-
Kenali dan tegakkan
diagnosis kerja atonia uteri
-
Masase uterus, berikan
oksitosin dan ergometrin intravena, bila ada perbaikan dan perdarahan berhenti,
oksitosin dilanjutkan perinfus.
-
Bila tidak ada
perbaikan dilakukan kompresi bimanual, dan kemudian dipasang tampon
uterovaginal padat. Kalau cara ini berhasil, dipertahankan selama 24 jam.
-
Kompresi bimanual
eksternal, menekan uterus melalui dinding abdomen dengan jalan saling
mendekatkan kedua belah telapak tangan yang melingkupi uterus. Pantau aliran
darah yang keluar. Bila perdarahan berkurang, kompresi diteruskan pertahankan
hingga uterus dapat kembali berkontraksi. Bila belum berhasil dilakukan
kompresi bimanual internal.
-
Kompresi bimanual
internal, uterus ditekan antara telapak tangan pada dinding abdomen dan tinju
tangan dalam vagina untuk menjepit pembuluh darah didalam miometrium (sebagai
pengganti mekanisme kontraksi), perhatikan perdarahan yang terjadi. Pertahankan
kondisi ini bila perdarahan berkurang atau berhenti, tunggu hingga uterus
berkontraksi kembali. Apabila perdarahan tetap terjadi, coba kompresi aorta
abdominalis.
-
Kompresi aorta
abdominalis,raba arteri femoralis dengan ujung jari tangan kiri, perdarahankan
posisi tersebut, genggam tangan kanan kemudian tekankan pada daerah umbilikus,
tegak lurus dengan sumbu badan, hingga mencapai kolumna vertebralis. Penakanan
yang tepat akan menghentikan atau sangat mengurangi denyut arteri femoralis.
Lihat hasil kompresi dengan memperhatikan perdarahan yang terjadi.
-
Dalam keadaan uterus
tidak respon terhadap oksitosin/ergometrin, bisa dicoba prostaglandin F2a (250
mg) secara intramuskuler atau langsung pada miometrium (transabdominal). Bila
perlu pemberiannya dapat diulang dalam 5 menit dan tiap 2 atau 3 jam
sesudahnya.
-
Laparotomi dilakukan
bila uterus tetap lembek dan perdarahan yang terjadi tetap > 200 mL/jam.
Tujuan laparotomi adalah meligasi arteri uterina atau hipogastrik (khusus untuk
penderita yang belum punya anak atau muda sekali)
-
Bila tak berhasil,
histerektomi adalah langkah terakhir.
Abortus Septik
I.DEFINISI
Abortus yang mengalami
komplikasi berupa infeksi. Sepsis dapat berasal dari infeksi jika organisme
penyebab naik dari saluran kemih bawah setelah abortus spontan atau abortus
tidak aman. Sepsis cenderung akan terjadi jika terdapat sisa hasil konsepsi
atau terjadi penundaan dalam pengeluaran hasil konsepsi. Sepsis merupakan
komplikasi yang sering terjadi pada abortus tidak aman dengan menggunakan
peralatan.
II.
TANDA DAN GEJALA
1. Nyeri
abdomen bawah
2. Nyeri
lepas
3. Uterus
teraba lemas
4. Perdarahan
berlanjut t vagina berbau
5. Lemah
lesu
6. Demam
7. Sekre
8. Sekret
dan pus dari servik
9. Nyeri
goyang servik
III.TATALAKSANA
- Jika
dicurigai suatu abortus tidak aman terjadi, periksalah adanta tanda-tanda
infeksi atau adanya perlukaan uterus, vagina dan usus lakukan irigasi vagina
untuk mengeluarkan tumbuh-tumbuhan, obat-obat lokal atau bahan lainnya.
- Berikan
ampisilin 2 gram IV tiap 6 jam ditambah gentamisin 5 mg/kg BB. IV tiap 24 jam
ditambah metronidazol 500 mg IV tiap 8 jam sampai ibu bebas demam untuk 48 jam.
0 komentar:
Posting Komentar